11 Resiko Membeli atau Menyewa Rumah Bertingkat (Banyak Lantai)

11 Resiko Membeli atau Menyewa Rumah Bertingkat (Banyak Lantai)
https://jendelaku.id/

"Pah, kalau nanti papah sudah punya banyak uang, syukur-syukur penghasilannya stabil di angka Rp25 juta per bulan, sebagiannya kita sisihkan untuk beli rumah bertingkat dan mewah ya, pah!"

Sempat terlintas di pikiran?

Memang, gak bisa dipungkiri kalau rumah bertingkat 2 dan 3 terlihat megah dan mewah. Apalagi rumahnya dibangun dengan desain minimalis, bikin pangling banyak orang yang lewat depan rumah kita. Benar, 'kan?

Pada faktanya, di balik itu semua, ada 1001 kekurangan (resiko) yang mesti diterima oleh si pembuat, pembeli, atau si pemilik rumah bertingkat tersebut.

Terserah situasi dan kondisinya; apakah rumah itu dibangun dengan uang sendiri, rumah yang dibeli lewat developer perumahan (residence), atau rumah berbentuk cluster.

Biaya Perbaikan yang Mahal


Kenapa biaya perbaikan rumah bertingkat tergolong mahal? Contohnya perbaikan jendela. Para tukang harus mempersiapkan tangga untuk memperbaiki jendela yang rusak lewat bagian luar rumah. Belum lagi diperparah dengan medan (keadaan) yang rumit.

Biayanya bisa lebih mahal lagi apabila perbaikan dilakukan di lantai 3.

Jadi, apabila ada kerusakan, biaya perbaikannya tergolong mahal. Cukup wajar mengingat rumitnya perbaikan dan medan yang cukup berbahaya.

Cat Ulang Rumah yang Sangat Mahal


Harus diakui, biaya cat ulang rumah tergolong mahal. Bisa belasan hingga puluhan juta. Tergantung catnya merek apa, jumlah tukang yang diperlukan, dan berapa banyak biaya yang dipatok oleh si tukang. Belum lagi alat-alat pendukungnya.

Alat-alat pendukung yang dimaksud, contohnya seperti tangga scaffolding:

11 Resiko Membeli atau Menyewa Rumah Bertingkat (Banyak Lantai)
https://www.hseprime.com/

Bisa saja penggunaan tangga scaffolding tersebut dimasukkan ke biaya tambahan di luar ongkos tukang bangunan.

Setelah itu, coba hitung ada berapa lantai rumah yang mesti dicat ulang. Jika satu lantai saja sudah menghabiskan dana Rp8 juta, dikalikan saja 3 lantai, maka hasilnya ialah Rp24 juta.

Biaya PBB yang Tergolong Mahal


PBB adalah Pajak Bumi dan Bangunan, yang harus disetorkan ke pemerintah kota (pemkot) atau pemerintah kabupaten (pemkab).

Pada intinya, selama tanah dan bangunan tersebut memberikan keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang ataupun suatu badan, maka wajib dikenakan PBB.

Biar lebih mudah dimengerti, teman-teman bisa membaca referensinya di sini: Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Demi Allah saya heran dengan negara ini. Tanah dan bangunan yang sudah kita miliki secara sah pun, dikenakan pajak.

Rawan Target Maling atau Perampokan


Rumah bertingkat, apalagi mewah, memang rawan target kemalingan atau perampokan.

Apalagi kalau si pelaku tahu bahwasanya sang pemilik rumah sedang berada di luar kota, keinginan mencurinya pun semakin terpacu. Diperparah lagi dengan keadaan sang pelaku yang merupakan salah seorang "pemakai". Pasti modal nekat!

Salah satu momen yang pernah terjadi di sekitaran rumah saya, terjadinya perampokan dengan dicurinya berbagai barang berharga seperti uang dan emas. Semuanya ludes! Orang rumahnya? Disekap! Saking nekatnya. Astaghfirullah.

Dianggap Orang Kaya oleh Warga Sekitar


Kalau memang tinggalnya di komplek perumahan seperti cluster, anggapan "orang kaya" bukan dinilai dari bentuk rumahnya. 'Toh bentuknya sama, 'kan? Tapi yang dinilai adalah merek mobil dan jumlah mobil yang digunakannya.

Berbeda ceritanya kalau kita tinggal di perkampungan atau kelas menengah ke bawah. Punya rumah bertingkat, pasti dikiranya orang banyak duitnya. Padahal gak selamanya seperti itu.

Bisa saja rumah tersebut peninggalan dari orang tuanya (warisan).

Masalahnya adalah anggapan tersebut terkesan begitu melekat, di mana pun. Tidak peduli apakah rumah tersebut ditinggali oleh seorang nenek tua dan sakit-sakitan. Selama rumahnya bertingkat, dikiranya sebagai orang mampu oleh warga sekitar.

Susah Mendapatkan Bantuan dari Desa


Terkadang, ketua RT/RW atau kepala desa kita kurang jeli dalam memilah dan memilih terkait membedakan mana orang kaya dan mana orang miskin.

Hanya karena rumahnya bertingkat, bukan berarti orang itu mampu, pak/bu.

Tarif Listrik yang Juga Mahal


Mungkin gak akan terasa sekarang, tapi bakal dirasakan oleh anak-anaknya. Jika saat ini orang tuanya mampu membayar tagihan listrik sebesar Rp5 juta per bulan, bagaimana dengan anak-anaknya nanti?

Apakah anak-anaknya nanti punya pekerjaan dengan gaji yang cukup untuk menutupi biaya token listrik? Atau anaknya nanti bermalas-malasan, enggan mau bekerja?

Rumah bertingkat itu membutuhkan banyak lampu untuk penerangan. Amper yang digunakan juga bukan sebatas 10 amper, tapi lebih dari itu.

Membutuhkan PRT atau ART


Punya rumah bertingkat, berarti siap menerima segala konsekuensi yang ada. Salah satunya ialah rela capek dan ikhlas membersihkan rumah dari lantai 1, lantai 2, hingga lantai 3.

Sebuah pekerjaan yang sangat sulit diselesaikan dalam sehari oleh si pemilik rumah.

Oleh karenanya, pemilik rumah yang betulan kaya raya -- banyak duitnya, gak bakal segan-segan menyewa pekerja rumah tangga (PRT) atau asisten rumah tangga (ART).

Nggak ada salahnya menggunakan jasa PRT atau ART, 'toh meringankan beban pekerjaan rumah 'kan? Tapi yakin mempekerjakan orang? Percaya dengan orang?

Menjadi Harta Warisan yang Diperebutkan


Bekal kematian cuma sebatas amal dan ibadah; selebihnya sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do'a anak yang saleh.

Punya rumah bertingkat, artinya punya nilai jual yang tinggi. Rumah ini, sepeninggalan kalian -- setelah kalian wafat, maka anak-anak kalian akan memperebutkan harta warisan ini.

Maka, sebelum meninggal, pastikan kalian sudah menyiapkan dan mengatakan bagaimana wasiatnya. Tanpa wasiat, anak-anak bakal rebutan harta warisan orang tuanya.

Cuma Tinggal Berdua, Ditinggal Anak-Anak


Begitu memasuki usia tua nanti, bapak dan ibu akan tinggal berdua di rumah besar tersebut.

Mau dibersihkan rasanya tak sanggup lagi. Mau tak mau harus menyewa jasa orang. Keluar uang lagi. Gak mungkin seorang anak pulang ke rumah orang tuanya hanya untuk membersihkan perkarangan rumah.

Itu pun kalau dekat, kalau jauh?

Stres Ketika Gempa


Rumah setingkat, begitu ada gempa, dengan mudahnya bisa langsung keluar rumah. Bandingkan dengan rumah bertingkat, harus turun tangga lagi, cari kuncinya lagi, dan tahap-tahap selanjutnya yang merepotkan.

Syukur-syukur tidak roboh. Andaikata roboh dalam waktu 30 detik ketika gempa misalnya, tapi butuh waktu 2 menit untuk bisa keluar dari rumah, ya wassalam, pak/bu.

Rumah Saya di Masa Depan


Insya Allah, kalau memang nanti Allah mengizinkannya, niatnya ingin membangun rumah kecil dengan halaman yang luas. Halaman ini nantinya akan digunakan untuk menanam banyak tanaman yang sekiranya bermanfaat bagi banyak orang.

Contohnya, tanaman keji beling (kecibeling) dan kumis kucing yang berkhasiat mengobati penyakit batu ginjal ๐Ÿ˜…

11 Resiko Membeli atau Menyewa Rumah Bertingkat (Banyak Lantai)
https://www.redfin.com/

Selain itu, kenapa halamannya luas, nantinya halaman tersebut bisa digunakan untuk resepsi pernikahan anak saya di masa yang akan datang. Daripada sewa gedung atau memakan jalanan umum yang beresiko mengganggu perjalanan banyak orang, mending pakai halaman rumah sendiri ๐Ÿ˜

Andaikan nanti saya meninggal, halaman tersebut bisa digunakan oleh keluarga sebagai tempat tahlil bagi tetangga yang mau mendoakan saya sebagai seorang mayit.

Sesederhana itu, ya Allah ๐Ÿ˜…
Arief Ghozaly
Arief Ghozaly Blogger sejak 2014 - Suka Menulis, Membaca, SEO, Berbagi Cerita, Pengalaman, Eksplorasi, dan Kopi.

Posting Komentar untuk "11 Resiko Membeli atau Menyewa Rumah Bertingkat (Banyak Lantai)"