Cerita Sekolah di SMK Jurusan TKJ (Pengalaman)

Pagi hari itu, hari yang indah dan cerah dengan sedikit panas wkwk, saya bergegas menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendaftarkan diri sebagai salah seorang siswa di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di kota ini.

Semua yang dipersiapkan, mengenai dokumen administrasi untuk pendaftaran siswa baru di sekolah tersebut. Saya masih ingat, semuanya dimasukkan ke dalam amplop cokelat. Oke!

Cerita Sekolah di SMK Jurusan TKJ (Pengalaman)

Begitu sampai di sekolah, perhatian saya langsung tertuju ke meja pendaftaran karena ramai orang yang memegang map cokelat. Ya, apalagi kalau bukan tempat pendaftaran, 'kan?

Setelah mengantri agak lama, baru 'lah giliran saya. Begitu dikasih ke petugas/pengawas, dokumen saya dicek apakah data-datanya sudah lengkap atau ada yang kurang. Alhamdulillah waktu itu lengkap.

Oh iya, pemandangan di sekolah saat itu sangat beragam. Ada yang sedang bersantai di taman sekolah, duduk di kantin, orang tua yang saling mengobrol, dan banyak aktifitas lainnya. Ada juga yang sedang mempersiapkan berkas pendaftaran.

Karena urusan saya sudah selesai, saya langsung pulang ke rumah.

Diterima di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Saya lupa-lupa ingat, mungkin selang 2 atau 3 hari sejak hari pendaftaran, pihak sekolah merilis nama-nama calon siswa yang diterima di sekolah tersebut.

Intinya, nama saya terdaftar di mading sekolah. Alhamdulillah, antara percaya dan gak percaya karena saya sudah "agak" putus asa. Mengapa? Karena awalnya mau mendaftarkan diri di SMA favorit di kota ini. Ternyata NEM saya tidak cukup ๐Ÿ˜

NEM rendah karena saya kurang pintar? Alhamdulillah waktu kelas 2 SMP dulu pernah menyabet ranking 3 ๐Ÿ˜๐Ÿ˜ Saya kira karena nilai rata-rata seluruh siswa di SMP saya dulu memang tergolong rendah. Buktinya banyak yang tidak lolos di SMA favorit padahal anaknya pintar-pintar.

Jadwal Ospek di Sekolah


Setelah diterima di SMK tersebut, kami diberikan jadwal mengikuti ospek. Oh iya, di momen ini, kelasnya dibagi secara acak, yang artinya belum ada pembagian kelas berdasarkan jurusan.

Jangan teman-teman kira ospeknya kejam, ya! Ospek yang dimaksudkan di sini sama halnya seperti mengikuti pramuka. Ada baris berbaris (PBB), wajib pramuka (inap 1 malam di sekolah), dan kegiatan lainnya.

Seru? Seru sekali! Rugi kalau tidak ikut.

Mengisi Formulir Keluarga


Pada hari keenam ospek, masing-masing siswa diberikan sebuah lembaran kertas berupa formulir pribadi yang wajib diisi oleh keluarga dari siswa.

Formulir ini berisikan informasi pribadi mengenai kedua orang tuanya, antara lain:

  • Nama lengkap;
  • Pekerjaan;
  • Status pernikahan;
  • Penghasilan (gaji) per bulan;
  • Alamat rumah.

Awalnya saya gak "ngeh". Namun ketika formulir tersebut diisi oleh almarhum ayah, baru 'lah saya sadari kalau formulir ini berkaitan erat dengan jurusan yang saya inginkan.

Misalnya jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) -- jurusan yang saya inginkan; di mana siswanya wajib membeli, memiliki, atau menggunakan sebuah laptop.

Maka, untuk "memuluskan" niat saya tersebut, penghasilan per bulan almarhum ayah saat itu diisi dengan nominal angka yang lumayan tinggi. Gak, saya gak memanipulasi penghasilan almarhum karena waktu itu lumayan banyak penghasilannya. Orang dagang banyak uangnya, 'kan?

Apalagi formulir itu diisi langsung oleh almarhum ayah. Saya cuma lihat sambil manggut-manggut ๐Ÿ˜…

Wawancara Ospek di Hari Terakhir


Pada hari ketujuh, tepatnya seminggu setelah mengikuti ospek di sekolah, masing-masing kelas dikunjungi oleh guru BK/BP. Waktu itu, guru yang masuk ke kelas saya saat itu bernama Pak Zulkarnain.

Di sini 'lah formulir itu berperan penting! Formulir yang sudah diisi, harus dibawa ke sekolah dan dikumpulkan di depan kelas untuk dicek oleh guru BK/BP yang masuk ke kelas kita.

Nantinya dipanggil ke depan kelas, satu per satu!

Sembari formulir tersebut dicek, masing-masing dari kami diberikan pertanyaan yang mesti dijawab jujur, dan ada beberapa pertanyaan yang saya kira sedikit "menjebak". Pertanyaannya antara lain:

  • Namanya (kita) siapa?
  • Apa nama panggilannya?
  • Gaji orang tua berapa?
  • Apa betul orang tuanya punya gaji segini?
  • Apa pekerjaan orang tua?
  • Punya penghasilan lain selain dagang?
  • Di sini tertulis kalau kamu ingin masuk ke jurusan TKJ, seandainya tidak masuk ke TKJ, kamu berminat ke jurusan apa?
  • Minat masuk jurusan TKJ, sudah punya laptop?

Pokoknya, pertanyaannya masih berkaitan erat dengan apa yang kalian isi pada formulir tersebut.

Di momen ini juga, saya diperingatkan oleh Pak Zulkarnain bahwa apabila dalam 3 bulan selanjutnya (sudah masuk jurusan TKJ) tapi saya belum membeli laptop, maka saya akan dipindahkan ke jurusan lain -- yang tidak berhubungan dengan komputer atau laptop.

"Setuju?", "Setuju, pak!" jawab saya mantap ๐Ÿ‘Œ

Teman-teman harus tahu. Pada momen wawancara tersebut, saya belum memiliki sebuah laptop! Alhamdulillah ada abang ipar yang berbaik hati yang mau meminjamkan laptopnya selama 2 bulan di awal.

Memasuki bulan ketiga, saya beli laptop terbaru yang dibeli dengan harga Rp3.800.000.- merek ACER AO532H (Aspire One). Sampai saat ini laptopnya masih ada dan masih berfungsi, keluaran tahun 2009 coy! Jelas, dong, 'kan saya pintar merawat barang ๐Ÿ˜Ž๐Ÿ˜Ž

Akhirnya, Diterima di Jurusan TKJ!


Begitu memasuki hari terakhir, tepatnya hari senin waktu itu, kami semua dipanggil ke tengah lapangan sekolah. Betul, pengumuman apakah kami diterima di jurusan yang diinginkan atau malah dialihkan ke jurusan lain yang gak diinginkan.

"Arief Ghozaly! Yang mana orangnya? Oh ya, kamu! Selamat kamu masuk ke jurusan TKJ. Silakan bergabung ke kelompok TKJ yang ada di sana."

Alhamdulillah! Saking senangnya, saya bangun dan berlari dari tempat duduk saya untuk bergabung ke kelompok TKJ yang sudah dipisah tadi ๐Ÿ˜๐Ÿ˜

Setelah sesi pembagian kelas berakhir, kami semua dipanggil dan diarahkan oleh wali kelas dari masing-masing kelas untuk diantarkan ke kelas yang sudah ditentukan.

Waktu itu, kelas saya tergolong kelas yang baru dibangun bangunannya. Wangi catnya pun masih terasa ๐Ÿ˜

Prakerin 3 Bulan di Kantor Pajak


Salah satu pengalaman yang tidak akan dilupakan adalah saya pernah Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPPP).

Apa suka dan dukanya? Jujur, banyak dukanya ๐Ÿ˜‚ Secara pekerjaan yang harus dilakukan 100% berhadapan terus menerus di depan layar komputer. Bayangkan, dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Dan data yang diinput juga keterlaluan banyaknya. Ratusan per harinya!

Apalagi waktu PKL tersebut sempat memasuki bulan puasa. Capek, lelah, dan ngantuk, semuanya menjadi satu.

Beda halnya dengan mereka yang statusnya sudah pegawai, pasti pegawainya sudah terbiasa dengan "tekanan" tersebut. Apalagi memang digaji. Tentu ada motivasinya.

Saya pernah diberi uang saku, cuma sekali tok, kurang lebih Rp200.000.- Alhamdulillah.

Yang membuat saya iri, beberapa teman sekelas saya ditempatkan di kantor yang kerjanya sangat santai. Kerjanya cuma main game! Mana duduk-duduk doang, lagi! Disebut "bekerja" juga sebatas beli gorengan di persimpangan. Sangat tidak adil ya Allah ๐Ÿ˜‚

Study Tour ke Banda Aceh


Kalau diingat-ingat, sempat tergelitik kenapa kami study tour ke Banda Aceh padahal jaraknya cukup dekat. Kenapa gak ke medan, misalnya, karena perbedaan provinsi. Atau ke Malaysia seperti sekolah sebelah ๐Ÿ˜‚

Alasan kenapa study tour dilakukan di kota Banda Aceh lantaran sudah dilakukan kesepakatan bersama. Awalnya juga diniatkan ke Medan tapi kalah ketika pungutan suara.

Cerita Sekolah di SMK Jurusan TKJ (Pengalaman)

Buat yang tidak tahu, study tour adalah liburan atau perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi sekaligus adanya aktivitas edukasi atau pendidikan di dalamnya.

Pengalaman Jurusan TKJ di SMK


Sampailah di suatu masa, di mana kami sekelas tamat semuanya. Sedihnya adalah sebagian besar dari kami berpisah karena tuntutan pekerjaan.

Nyatanya, sebagian besar dari kami berpencar ke luar kota. Ada yang sedang ambil S2 di Jepang, ada juga yang pergi ke negara seberang untuk mengadu nasib. Pokoknya bermacam-macam, deh!

Kami sekelas masih berkomunikasi langsung lewat grup WhatsApp. Adakalanya kami video call (VC) cuma sebatas saling mengejak dan menghina, sekaligus "menebus" rasa kerinduan seperti dulu kala ๐Ÿ˜‚

Kenangan dan kerinduan kami bersama begitu terasa karena dari awal masuk sekolah, kami sudah sekelas selama 3 tahun lamanya.

Terima kasih, kelas TKJ-ku.
Arief Ghozaly
Arief Ghozaly Blogger sejak 2014 - Suka Menulis, Membaca, SEO, Berbagi Cerita, Pengalaman, Eksplorasi, dan Kopi.

Posting Komentar untuk "Cerita Sekolah di SMK Jurusan TKJ (Pengalaman)"