Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Kerja sebagai Promotor HP

Akhir tahun 2018 kemarin, saya ditawari pekerjaan oleh kawan saya sebagai promotor HP. Awalnya, saya mengira kalau pekerjaan ini cocok bagi saya karena saya suka dengan teknologi. Apalagi saya lulusan jurusan TKJ di SMK.

Nyatanya, tidak seindah yang dibayangkan. Bisa dibilang, kerja paksa. Saya cuma bisa bertahan selama 2 minggu. Apa yang saya lakukan tidak ada harganya. Istighfar 😅

Pengalaman Kerja sebagai Promotor HP
khaleejtimes.com

Pengalaman Kerja sebagai Promotor HP


November 2018, saya ditawari pekerjaan oleh kawan saya yang sudah lebih dulu bekerja sebagai promotor HP. Banyak yang saya tanyakan seperti cara berjualannya, target penjualan, gaji, di ponsel mana saya ditempatkan dan lingkungan kerjanya.

Beberapa hari setelahnya, kawan saya menyuruh saya untuk membuat dan membawa beberapa berkas yang dibutuhkan seperti fotocopy ijazah, KTP, CV dan surat permohonan lamaran pekerjaan. Saya juga disuruh oleh kawan saya untuk mendatangi langsung salesnya yang ada di kantor.

Sales merupakan atasan dari promotor, di mana, setiap sales membawahi sekitar 10 atau 15 orang promotor. Artinya, promotor merupakan bawahan dari sales.

Hari H pun tiba. Saya mempersiapkan diri secara matang. Saya langsung datang ke kantor, bertemu dengan salesnya. Saya memperkenalkan diri dengan baik. Dalam sesi wawancara ini, sales tersebut mengatakan bahwa saya harus mengikuti training terlebih dahulu selama 3 bulan lamanya. Di bulan selanjutnya, bulan ke empat, saya baru bisa mendapatkan gaji penuh. Selama pelatihan 3 bulan ini, gaji yang saya dapatkan Rp1.200.000.- per bulannya. Sedangkan gaji penuhnya (normal), yakni Rp2.200.000.-.

Setelah interview, sales mengatakan bahwa saya ditempatkan di luar kota. Jaraknya dari rumah saya sekitar 17 kilometer jauhnya. Gaji sedikit tapi ditempatkan di luar kota? Betul. Tapi ya sudahlah, cari pekerjaan begitu susah. Ambil yang ada di depan mata saja, saya pikir.

Keesokan harinya, sales ini mengantarkan saya ke toko (offline store) dan memperkenalkan saya ke pemilik toko ponsel. Pokoknya, dari pertemuan tersebut, kita semua sepakat kalau jam kerja masuk saya dimulai dari pukul 11.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB. Totalnya, 11 jam per hari. Saya juga mendapatkan jatah libur satu hari per minggunya. Boleh hari kapan saja.

Di sinilah mulai muncul masalah, dari yang awalnya masalah kecil, tertumpuk, akhirnya terluapkan.

Di hari-hari pertama, tidak ada masalah, semuanya berjalan mulus. Sampai suatu ketika, saya telat datang 10 menit, tepatnya 11.10 WIB. Saya akui saya salah di sini, telat 10 menit. Kadang hari, pernah telat 15 menit. Masalahnya, pemilik toko ini langsung mengadu tingkah saya ke sales. Akhirnya, saya kena Surat Peringatan (SP).

Pertama, saya akui saya salah. Yang kedua, kenapa tidak ada keringanan sama sekali? Setiap malam, saya pulang kerja jam 23.00 WIB. Kadang-kadang, paling telat jam 00.00 (tengah malam). Anggaplah saya lembur satu jam dua jam. Kenapa saya telat 15 menit di pagi hari itu, langsung dikenakan SP?

Adapun alasan kenapa saya rela lembur (padahal tidak ada gaji tambahan), karena pada jam tersebut, toko ramai pembeli. Rawan pencurian. Belum lagi kalau ada pembeli yang terabaikan. Memang ya, niat baik tidak selalu diartikan sebagai kebaikan. Dianggap pun tidak. Brengsek, memang.

Hari-hari berlalu, saya tidak ngobrol dengan pemilik toko. Kalau produk ini laku, alhamdulillah. Tidak laku ya tidak masalah. Saya sudah tidak peduli lagi dengan target. Ingin pindah toko, rasanya.

Sampai pada akhirnya, tanggal gajian pun tiba. Tahu berapa gaji yang saya dapatkan? Rp500.000.- (lima ratus ribu rupiah).

Saya tanya ke kawan saya, "Gajinya kok kecil ya? Padahal target per bulan untuk promotor yang training cuma 10 unit penjualan, sedangkan saya sudah 12 unit. Apalagi ini minggu kedua saya bekerja, tidak sampai sebulan masa kerja, penjualan saya sudah 12 unit."

Tahu apa jawaban kawan saya, "Ya sudah, terima saja."

Hari-hari terus berlanjut. Sampailah di 12 hari masa kerja saya. Waktu itu, seperti biasa, saya pulang telat. Saya kehujanan, dan memang lagi musim hujan. Keesokan harinya, saya sakit tipes. Saya minta izin ke sales untuk libur hari itu. Besoknya, tipes saya malah bertambah parah. Saya izin lagi ke sales.

Sudah 3 hari tak kunjung sembuh, saya mulai memikirkan bahwa saya harus keluar dari pekerjaan ini (resign) karena gajinya tidak sebanding dengan kesehatan saya.

Secara pribadi, tekad saya sudah bulat bahwa saya harus keluar dari pekerjaan ini, tanpa rasa takut dan penyesalan. Orang tua dan keluarga besar saya yang waktu itu mengetahui nominal gaji saya, marah besar dan ikut mendukung agar saya resign dari pekerjaan ini.

Beberapa alasan dan faktor kenapa saya keluar dari pekerjaan (resign) sebagai promotor HP ini:

  • Gaji yang tidak sesuai dengan jam kerja
  • Gaji yang tidak sesuai dengan jarak tempuh perjalanan (17 km x 2 = 34 km)
  • Pemilik toko tidak punya hati
  • Sales tidak pengertian
  • Arahan dan dukungan dari keluarga untuk mengundurkan diri
  • Tidak bisa terlalu lelah karena tipes
  • Gaji yang dibayarkan tidak penuh, padahal target penjualan melebihi 10 unit (terlepas masa kerja belum sebulan penuh)

Ketika saya melamar pekerjaan di sini, saya datang baik-baik. Keluar pun juga harus baik-baik. Setelah sembuh dari sakit, saya mengantarakan surat pengunduran diri ke sales. Dan mereka mengatakan "Oke" tanpa bertanya kenapa saya mengundurkan diri.

"Bro, promotor HP apa? Samsung, VIVO, OPPO atau XIAOMI?". Jawabannya: Rahasia.

Ada beberapa saran yang bisa saya beri ke kawan-kawan semua. Kalian semua bisa dan boleh bekerja sebagai promotor HP, dengan catatan:

  • Tidak ada pekerjaan lain selain promotor HP
  • Ekonomi susah, dari kalangan sulit
  • Badan sehat wal'afiat
  • Rela kerja paksa
  • Pergi pagi, pulang tengah malam
  • Ditempatkan di luar kota (kemungkinan besar)

Yang perlu diperhatikan lagi, tidak selamanya cerita dan pengalaman saya di atas, bakal terjadi sama juga di sobat. Bisa jadi 180 derajat. Contohnya? Rumah sobat dekat dengan toko, gaji yang pantas, atau mungkin pemilik tokonya yang cocok sekali dengan sobat.

Jadi, cerita di atas bukan alasan sobat untuk menolak pekerjaan ini (apabila ada tawaran). Dicoba saja dulu. Dari cerita dan kisah pengalaman di atas, ambil baiknya dan buang buruknya.

Apa itu Promotor HP?


Pengertian promotor HP adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk menjual smartphone (ponsel) berdasarkan dari brand mana dia dipekerjakan.

Contohnya seperti promotor OPPO, yang harus menjual produk OPPO selaris mungkin atau sesuai target penjualan per bulannya, tidak lain tidak bukan dengan bantuan teknik Genjutsu. Promotor OPPO ini, nantinya ditempatkan di toko-toko offline.

Begitulah pengalaman kerja saya sebagai promotor (bukan sales) HP yang ditempatkan di toko-toko ponsel. Semoga informasi ini berguna bagi kawan-kawan.
Arief Ghozaly
Arief Ghozaly Blogger, SEO, Gitaris, Ilmu Komputer, Astronomi, Drummer, dan Perkopian. https://www.ozal.web.id/.

Posting Komentar untuk "Pengalaman Kerja sebagai Promotor HP"

Kontes Lomba Blog
Kontes Lomba Blog